KURMA PURANA
KURMA PURANA
Kitab Kurma Purana ini terdiri dari
empat samhita, yaitu Brahmi, Bhagavati, Sauri dan Vaisnavi, tetapi Brahmi
Samhita adalah satu-satunya yang tertulis di bawah judul “Kurma Purana”. Karya
ini mulai dengan suatu lagu pujian kepada inkarnasi Wisnu sebagai seekor penyu
(Kurma) yang dijadikan landasan gunung Mandara ketika lautan susu diputar-putar
(obok-obok) untuk memperoleh Amrta. Pada saat itu Dewi Laksmi muncul dari
tengah lautan dan kemudian menjadi saksi Sang Hyang Wisnu. Ketika para Rsi menanyakan
siapa sesungguhnya Dewi ini, Sang Hyang Wisnu menjawab bahwa ia adalah saktinya
yang tertinggi. Pada bagian awal menceritakan lebih jauh bagaimana Indradyumna,
yang dalam hidupnya yang terdahulu menjadi seorang raja, tetapi lahir lagi
sebagai seorang Brahmana sebagai pahala atas kebhaktian dan kesetiaannya kepada
Sang Hyang Wisnu, ia menginginkan untuk mencapai pengetahuan tentang keagungan
Sang Hyang Siwa. Dewi Laksmi menunjukkan kepadanya untuk memuja Sang Hyang
Wisnu sebagai dewata alam semesta, sebagai pencipta dan sekaligus pemelihara
alam semesta, tetapi juga sebagai “Mahadewa”, “Siwa”, dan “Sebagai ayah dan ibu
segala makhluk”, akhirnya ketika Sang Hyang Wisnu dalam inkarnasinya sebagai
seekor Labi-labi (Empas) ia memperoleh pengetahuan dari sang Hyang Kumaraja
yang kemudian menjadi nama dari kitab purana ini, seperti juga telah
diungkapkan pada bagian awal kitab ini disebutkan juga Siwa adalah makhluk
tertinggi dari seluruh karya itu, tetapi berkali-kali ditekankan bahwa dalam
kenyataan Brahma, Wisnu, dan Siwa itu sesungguhnya esa (Satu). Pemujaan kepada
sakti yaitu “kekuatan tenaga” atau “kekuatan pencipta” digambarkan dalam wujud
dewi, juga memperoleh penekanan. Dewi, dewata tertinggi (Parameswari), istri
dan saktinya Sang Hyang Siwa, dipuja dengan 8.000 nama. Sebagaimana Sang Hyang
wisnu sesungguhnya Sang Hyang Siwa sendiri, Laksmi adalah saktinya Sang hyang
Wisnu, dalam kenyataan tidak terpisah dari Sang dewi. Prahlada memuja Sang
Hyang Wisnu dan Laksmi sebagai saktinya Sang Hyang wisnu. Putra-putra
Karttvirya, beberapa dari mereka menyembah Sang Hyang wisnu dan yang lainnya
Sang Hyang Siwa, tidaklah kita setuju terhadap pandangan bahwa Dewata yang satu
lebih tinggi dengan yang lainnya atau lebih cocok untuk disembah dan
sebagainya. Tujuh orang Rsi memutuskan perbedaan pandangan itu dengan
menyatakan bahwa dewa yang disembah oleh siapapun adalah dewata bagi orang yang
bersangkutan. Dan bahwa semua Dewa-dewa itu pantas dipuja oleh setiap individu.
Meskipun demikian, Sang Hyang Siwa adalah Dewata tertinggi diatas semua Dewata.
Sekalipun Sri Krisna disembah sebagai Wianu Narayana, dia memperoleh seorang
putra untuk istrinya Jambavati hanya sesudah mampu melaksanakan pertapaan yang
berat dan dengan kemurahan hati Sang Hyang siwa. Lebih dari itu, meskipun
toleransi mengenai pengakuan terhadap semua Dewata itu, terhadap juga
kiasan-kiasan di beberapa tempat terhadap ajaran tersebut yang dikatakan palsu,
yang telah diturunkan ke dunia untuk menipu manusia, dan untuk membingungkan
umat manusia dalam eksistensi selama Kaliyuga.
Lima tema dari kitab-kitab Purana,
yaitu: penciptaan, silsilah atau keturunan Raja-raja dan Rsi dan seterusnya,
juga disebutkan di dalam kitab Kurma Purana, dan dalam kaitan ini beberapa dari
Awatara-awatara Sang Hyang Wisnu disinggung
tetapi, sebuah bab yang seluruhnya (1.53) sangat setia menguraikan inkarnasi
Sang Hyang Siwa. Bagian yang luas dari bagian pertama terdiri dari sebuah
uraian dan pengagungan tempat-tempat suci seperti: Benares (Kasimahatmya) dan
Allahabad (Prayagamahatnya). Bagia kedua mulai dengan sebuah gita yaitu:
Iswaragita (sebuah patner kitab Bhagawadgita), yang mengajarkan pengetahuan
tentang ketuhanan, yaitu Sang Hyang Siwa, melalui meditasi. Bagian ini diikuti
oleh Vyasagita, satu bagian yang lebih luas yang didalamnya Maharsi Vyasa
mengajarkan pencapaian pengetahuan tertinggi melalui kerja dan kebajikan serta
upacara-upacara yang tulus dan hal itu disampaikan sebagai sebuah pendidikan
mengenai tugas-tugas mereka yang bermah tangga. Sebagai pertapa hutan, asram,
beberapa bab menguraikan upacara-upacara
penebusan dosa bagi semua jenis kejahatan, juga terdapat cara untuk memperoleh
kesucian. Di dalam kitab Purana ini terdapat dorongan terhadap cerita Dewi Sita
(yang tidak terdapat di dalam kitab Ramayana) bagaimana dia diselamatkan dari
tangan Rawana oleh Sang Hyang Agni.
Comments
Post a Comment